Oleh: Muhammad Ajib
إن
الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِل لَهُ وَمَنْ يضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ،
أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَن سَيِّدَنَا مُحَمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبيّ بَعْدَهُ، اللهُم
فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ…
أَمّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَن اتّقَى…
قَالَ اللهُ تَعَالَى :“يَآأَيّهَا الّذِيْنَ ءَامَنُوا اتّقُوا اللهَ حَق تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مسْلِمُونَ”.
Marilah
kita bersama-sama senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan
perintah-perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Bahwasannya
tidak ada perbedaan antara seseorang dengan seorang yang lainnya kecuali
taqwanya. Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk
dalam golongan muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam
yang mulia di sisi Ilahi.
Baru saja kita memasuki tahun 1435 Hijriyah, sejarah tahun baru Islam ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan perintiwa hijrah nabi saw. yang sarat dengan makna dan pelajaran bagi umat Islam. Dan Sejarah telah mencatat bahwa Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali menetapkan penanggalan hijriyah atas usul imam ALI . mengapa penanggalan islam ini di mulai dari hijrahnya Nabi bukan dari kelahiran Nabi, atau dimulai dari pertama kali turunnya wahyu . karena peristiwa hijrah mengandung banyak pelajaran dan hikmah yang besar sekali.
Secara
bahasa hijrah artinya meninggalkan suatu tempat. Secara istilah ,
Menurut Ar Raghib al Ashfahany, hijrah berarti keluar dari darul kufur,
yakni keluar daari wilayah yang tidak menerapkan hukum-hukum Islam,
menuju darul iman (yakni wilayah yg menerapkan seluruh hukum Islam)
Hijrahnya
Nabi dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa penting yang mengubah
wajah umat Islam saat itu. Umat yang awalnya tertindas & teraniaya
di Makkah selama 13 tahun, setelah hijrah ke Madinah dan berhasil
menegakkan tatanan masyarakat yang islamy dalam sebuah negara, berubah
menjadi umat yang mulia, kuat dan disegani. Oleh karena itu tatkala
mendiskusikan tentang penanggalan Islam, Umar bin Khaththab ra.
menyatakan:
بل نؤرخ لمهاجرة رسول الله، فإن مهاجرته فرق بين الحق والباطل
Bahkan
kita akan menghitung penanggalan berdasarkan hijrahnya Rasulullah,
sesungguhnya Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Dengan Dipakainya kalender hijriyah dimaksudkan agar umat islam senantiasa bisa mengambil ibroh atau pelajaran akan makna hijrah
Setelah
menetap dimadinah Nabi Muhammad SAW mulai mengatur strategi untuk
membentuk masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan
Hal
pertama yang dilakukan Rasulullah begitu beliau menginjakkan kaki di
kota Madinah adalah mendirikan masjid. Masjid ini tidak saja berfungsi
sebagai tempat ibadah ritual melainkan juga sebagai pusat pengkaderan
pejuang-pejuang islam , sebagai pusat segala aktifitas masyarakat Islam,
baik dalam bidang spiritual maupun keduniaan. Di dalam lingkungan
masjid inilah masyarakat Madinah menimba berbagai ilmu pengetahuan.
Mulai ilmu pengetahuan keagamaan hingga ilmu pengetahuan umum.
Hal
Kedua yang dilakukan rosululloh ialah mempersaudarakan, mempertalikan
hubungan kekeluargaan atara penduduk Madinah dengan orang-orang yang
ikut hijrah dari Makah.
Hal
Ketiga yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ialah mengadakan perjanjian
untuk saling membantu antara kaum muslim dengan orang-orang selain
muslim.
Dalam
kesempatan khutbah ini kami ingin menekankan betapa pentingnya
persaudaraan antar umat islam. Bahwa Ajaran Islam mendorong persatuan
dan solidaritas di antara kaum Muslimin tanpa memandang perbedaan ras,
etnis, bahasa dan mazhab
untuk
mengikat umat Islam yang terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah
ke dalam suatu ikatan masyarakat yang kuat, senasib, seperjuangan dengan
semangat persaudaraan Islam Nabi mempersaudarakan orang-orang Muhajirin
dan orang-orang Anshar.
Ja’far
bin abi tholib di persaudarakan dengan mu’ad bin jabal, hamzah bin
abdul mutholib dengan zaid bin harisah, abu bakar dengan khorijah bin
zuhair, umar bin khottob dengan utban bin malik, abdurrohman bin auf
dengan saad ibnu robi’ dll
Sedang
Ali bin Abi Thalib dipilih untuk menjadi saudara Baginda Nabi sendiri.
Selanjutnya setiap kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Anshar
dan persaudaraan itu seperti saudara kandung sendiri.bahkan Mereka lebih
mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri
Karat-karat
dendam dan noda-noda jahiliyah telah dibersihkan dari hati mereka.
Rasulullah Saw adalah rahmat untuk menjaga dan mengokohkan persatuan.
Mereka amalkan dan pegang teguh firman alloh.
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ
مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.”,
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ
سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
وكونوا عباد الله إخوانا ، المسلم أخو المسلم ، لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره ،
“Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.”
Begitulah
generasi Islam pertama -semoga keridhaan Allah atas mereka- dalam
memahami makna persaudaraan dan kekeluargaan dalam Islam yang agung ini.
Iman dalam dada telah menumbuhkan rasa cinta, kedekatan, dan
persaudaraan yang paling luhur dan abadi di antara mereka. Mereka ibarat
satu tubuh, satu hati, dan satu tangan. Dan inilah karunia Allah yang
selalu diingat-ingatkan Alloh kepada mereka pada surat Al-Anfal ayat 63
وَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا
أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ
إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
dan
dialah Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha
Bijaksana.
Kaum
Anshar begitu tulus dalam menjalin dan menolong kaum muhajirin .
sehingga Allah berkenan mengabadikan keluhuran budi kaum Anshar itu
dalam Al-Qur’an agar dikenang oleh manusia sepanjang zaman. Hingga kini
keluhuran itu masih tampak bersinar terang di permukaan wajah zaman.
Tentang kaum Anshar Allah berfirman,
وَ
الَّذينَ تَبَوَّؤُا الدَّارَ وَ الْإيمانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ
مَنْ هاجَرَ إِلَيْهِمْ وَ لا يَجِدُونَ في صُدُورِهِمْ حاجَةً مِمَّا
أُوتُوا وَ يُؤْثِرُونَ عَلى أَنْفُسِهِمْ وَ لَوْ كانَ بِهِمْ خَصاصَةٌ
وَ مَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan
orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang
yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang
Muhajirin); dan mereka mengutamakan mereka (orang-orang Muhajirin), atas
diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka
berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9)
وَ
الَّذينَ جاؤُ مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنا وَ
لِإِخْوانِنَا الَّذينَ سَبَقُونا بِالْإيمانِ وَ لا تَجْعَلْ في
قُلُوبِنا غِلاًّ لِلَّذينَ آمَنُوا رَبَّنا إِنَّكَ رَؤُفٌ رَحيمٌ
Dan
(pula) orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka itu berkata; "Ya
Tuhan kami! Ampunilah kami dan saudara¬saudara kami yang telah
men¬dahului kami dengan iman dan janganlah Engkau jadikan di da¬lam hati
kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman; Tuhan kami!
Sesungguhnya Eng¬kau adalah Maha Penyantun, Maha Penyayang.
Begitulah
putera-putera Islam selanjutnya menapaki tangga keluhuran khususnya
generasi pertama yang jiwa-jiwa mereka dipenuhi oleh rasa persaudaraan
imani. Pada mereka tak ada perbedaan antara Muhajir dan Anshar, tak ada
jarak antara orang Mekkah dengan orang Yaman. Mereka lebur dalam ummatan
wahidah, umat islam. Inilah rahasianya, mengapa dulu umat islam mampu
membangun peraaban dunia. Tak lain karena persatuan ummat islam begitu
kokoh. Tidak tersekat dalam kotak2 suku, kabilah dll.
Bila
kita membaca Al-Qur’an,membaca Sunah Rasul yang agung, dan sejarah para
leluhur dari putera-putera terbaik agama ini, niscaya akan kita temukan
semua yang dapat menyejukkan mata dan menenteramkan hati kita. sungguh
amat jauh dari keadaan umat islam saat ini
Sebagai
akhir khutbah ini kami tekankankan Bahwa Ajaran Islam mendorong
persatuan dan solidaritas di antara kaum Muslimin tanpa memandang
perbedaan ras, etnis, bahasa dan mazhab. bukan malah sebaliknya ajaran
yang suka mengkafirkaan, menuduh sesat yang diluar kelompoknya,
membidahkan sesama muslim.
Umat
Islam yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa secara bersamaan menyuarakan
kalimat Tauhid "La Ilaha Illa Allah" dan mempercayai risalah Nabi
Muhammad Saw serta meyakini bahwa Islam adalah agama penutup. Umat Islam
meyakini al-Quran sebagai kitab suci langit yang menjadi pedoman bagi
mereka dalam menjalani kehidupan. Mereka menunaikan salat ke arah kiblat
yang sama dan melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekah serta
menjadikan Idul Kurban sebagai hari raya umat Islam. Selain itu, umat
Islam juga mencintai keluarga Rasulullah Saw dan menghormatinya.
Semua
hal tersebut telah cukup untuk menyambungkan hati-hati umat Islam dan
menggugah perasaan persaudaraan di antara mereka. Dengan tujuan dan
perasaan yang sama itu, umat Islam dapat menciptakan persatuan dan
solidaritas, dan menjamin kepentingan-kepentingan bersama.
وَإِذَا
قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ – إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي
أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي
الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا
فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا- بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الحْكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي
هَذَا وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمَْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !