BULAN ini adalah bulan rojab, jutaan manusia dingatkan kepada
sebuah peristiwa agung yang tidak pernah terjadi pada makhluk Allah SWT
dari dulu hingga nanti kecuali kepada nabi Muhammad SAW. Peristiwa
luar biasa Isra-mi'ra
Ada hal yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang tentang tempat mulya Sidratul-m untaha dan Mustawa, tempat yang Allah
tidak memperkena nkan
siapapun menginjakk an
kakinya di sana kecuali Rasulullah
SAW. Bahkan Malaikat Jibril paling mulyanya malaikatpu n tidak berani dan tidak bisa sampai kepada
tempat tersebut.
Hal lain lagi adalah naik turunya nabi Muhamad untuk mengambil pendapat dari Nabi Musa, berikut perbincang an Rasulullah SAW dengan Allah SWT di tempat
tersebut. Kejadian dahsyat dan luar biasa ini sungguh mengagumka n hati ahli iman. Ini adalah memang urusan
hati dan tidak akan bisa faham kejadian ini kecuali ahli iman.
Kejadian dahsyat dan luar biasa (Isra-mi'r aj) ini sungguh mengagumka n hati ahli iman. Ini adalah memang urusan
hati dan tidak akan bisa faham kejadian ini kecuali ahli iman.
Hal yang perlu di cermati dibalik kisah luar biasa ini adalah hanyutya sebagian orang dalam irama kekaguman terhadap kisah sidratul-m untaha dan mustawa berikut dialog
Rasulullah SAW dengan
Allah SWT. Hingga sampailah pada titik keyakinan bahwa Rasulullah berdialog dengan Allah SWT di tempat
itu karena menganggap
disitulah tempat Allah SWT. Dan mungkin juga terbayang sebuah suasana
hening saling duduk berhadapan
dan berdamping an
antara Allah SWT dengan Rasulullah
SAW.
Inilah kesesatan aqidah bahkan itulah kekafiran yang tersembuny i dibalik sebuah keyakinan. Disinilah orang sering salah alamat,
seolah telah meyakini Tuhan Allah SWT yang (laisa kamtslihi syaiun)tid ak diserupai aleh apa dan siapapun,
akan tetapi ternyata telah tersesat di jalan menyerupak an Allah dengan makhlukNya . Meyakini Allah SWT bertempat, berhadap-h adapan dengan Rasulullah SAW adalah salah jalan dalam beriman kepada
Allah SWT.
Begitu indah dan istimewany a
perjalanan
Isro-mi'ro j,
mempesonak an hati yamg
mencari-ca ri
keteduhan dibalik penghambak an
kepada Allah SWT. Menghadirk an
renungan dalam makna sambung komunikasi dengan Allah Yang Maha Agung yang
terurai dalam kekhusukan
dalam Sholat. Shalat lima waktu.
Akan tetapi Shalat yang semestinya penghambaa n kepada Allah bisa berubah menjadi
penyembaha n kepada
berhala yang di hayalkan jika ternyata seorang yang lagi Sholat telah
meyakini tuhanya duduk dan membutuhka n tempat, buah kesalah pahaman akan
isra mi'rojnya Rasulullah .
Shalat yang semestinya
penghambaa n kepada
Allah bisa berubah menjadi penyembaha n kepada berhala yang di hayalkan jika
ternyata seorang yang lagi Sholat telah meyakini tuhanya duduk dan
membutuhka n tempat,
buah kesalah pahaman akan isra mi'rojnya Rasulullah .
Sungguh benar Rasulullah
SAW telah diperjalan kan
oleh Allah SWT dari masjidil-h aram
ke masjidil-a qsa lalu
menembus langit ketujuh hingga albaitil-m akmur dan sidratul-m untaha dengan ruh dan jasadnya. Lalu
berdialog dengan Allah SWT. Itulah tempat kemulyaan yang hanya
disediakan untuk
memulyakan Rasulullah SAW saja.
Yang perlu diyakini bahwa tempat itu bulkanlah tempat Allah SWT. Sebab Allah SWT yang menciptaka n tempat. Sebelum Allah SWT menciptaka n tempat Allah SWT tidak butuh kepada
tempat dan setelah Allah SWT menciptaka n tempat Allah SWT tetap tidak butuh kepada
tempat. Tidak bisa dan tidak boleh menyebut Allah SWT bertempat.
Bagi Allah SWT sangat mudah mengajak dialog khusus dengan Rasulullah SAW dimana
saja. Bisa di Indonesia,
Malaysia dan Amerika atau di bukit Tursina seperti yang pernah terjadi
pada nabi Musa. Akan tetapi untuk seorang Nabi yang paling Allah SWT
cintai dan mulyakan, Allah SWT mengingika n dialog dengan kecintaanN ya itu di tempat yang sangat istimewa yang
tidak penah dijamah oleh apa dan siapapun.
Tempat tersebut adalah tempat untuk memulyakan Rasulullah SAW dan bukan tempatnya Allah SWT. Maha suci
Allah SWT yang tidak diserupai oleh segala ciptaan Nya.
Wallahu a'lam bishshowab .
[Mutiara Hikmah Buya Yahya]
Seorang ulama Ahlussunna h
wal Jama'ah, keturunan cucu Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, Sayyid Muhammad bin
Alwi Maliki menguraika n
dalam kitabnya "Wa huwa bi al’ufuq al-a’la" yang diterjemah kan oleh Sahara , publisher dengan judul Se
malam bersama Jibril ‘alaihissa lam: Rekaman berbagai peristiwa besar
sepanjang perjalanan
akbar dari Mekkah al-Mukarra mah
menuju Sidrah al Muntaha pada halaman 284 dan 286 menyampaik an,
Halaman 284,
"Walaupun dalam kisah mi’raj yang didengar terdapat keterangan mengenai naik-turun nya Rasulullah , seorang muslim tidak boleh menyangka bahwa
antara hamba dan Tuhannya terdapat jarak tertentu, karena hal itu
termasuk perbuatan kufur. Na’udzu billah min dzalik.
Naik dan turun itu hanya dinisbahka n kepada hamba, bukan kepada Tuhan.
Meskipun Nabi shallallah u
alaihi wasallam pada malam Isra’ sampai pada jarak dua busur atau
lebih pendek lagi dari itu, tetapi beliau tidak melewati maqam ubudiyah
(kedudukan sebagai seorang
hamba).
Nabi Muhammad shallallah u
alaihi wasallam dan Nabi Yunus bin Matta alaihissal am, ketika ditelan hiu dan dibawa ke
samudera lepas ke dasar laut adalah sama hal ketiadaan jarak Allah
ta’ala dengan ciptaan-Ny a,
ketiadaan arahNya, ketiadaan menempati ruang, ketidakter batasannya dan ketidakter tangkapnya . Menurut suatu pendapat ikan hiu itu
membawa Nabi Yunus alaihissal am
sejauh perjalanan
enam ribu tahun. Hal ini disebutkan
oleh al Baghawi dan yang lainnya.
Apabila anda telah mengetahui hal itu, maka yang dimaksud bahwa Nabi
Shallallah u walaihi
wasallam naik dan menempuh jarak sejauh ini adalah untuk menunjukka n kedudukan beliau di hadapan penduduk
langit dan beliau adalah makhluk Allah yang paling utama. Penegertia n ini dikuatkan dengan dinaikkann ya beliau diatas Buraq oleh Allah
ta’ala dan dijadikan sebagai penghulu para Nabi dan Malaikat, walaupun
Allah Mahakuasa untuk mengangkat
beliau tanpa menggunaka n
buraq".
Halaman 286:
"Ketahuila h
bahwa bolak-bali knya
Nabi Muhammad shallallah u
alaihi wasallam antara Nabi Musa alaihissal am dengan Allah subhanahu wa ta’ala
pada malam yang diberkahi itu tidak berarti adanya arah bagi Allah
subhanahu wa ta’ala. Mahasuci Allah dari hal itu dengan sesuci-suc inya.
Ucapan Nabi Musa alaihissal am
kepada beliau, “Kembalila h
kepada Tuhanmu,” artinya: “kembalila h ke tempat engkau bermunajat kepada Tuhanmu. Maka kembalinya Beliau adalah dari tempat Beliau
berjumpa dengan Nabi Musa alaihissal am ke tempat beliau bermunajat dan bermohon kepada Tuhannya. Tempat
memohon tidak berarti bahwa yang diminta ada di tempat itu atau
menempati tempat itu karena Allah Subhanahu wa ta’ala suci dari arah
dan tempat. Maka kembalinya
Nabi Muhammad Shallallah u
alaihi wasallam kepadaNya adalah kembali Beliau meminta di tempat itu
karena mulianya tempat itu dibandingk an dengan yang lain. Sebagaiman a lembah Thursina adalah tempat
permohonan Nabi Musa
alaihissal am di bumi.
Walaupun beliau pada malam ketika mi’rajkan sampai menempati suatu tempat di mana Beliau mendengar gerak qalam, tetapi Beliau shallallah u alaihi
wasallam dan Nabi Yunus alaihissal am
ketika ditelan oleh ikan dan dibawa keliling laut hingga samapai ke
dasarnya adalah sama dalam kedekatan dengan Allah ta’ala. Kaerena Allah
Azza wa Jalla suci dari arah, suci dari tempat, dan suci dari
menempati ruang.
Al Qurthubi di dalam kitab at-Tadzkir ah, mengutip bahwa Al Qadhi Abu Bakar
bin al-’Arabi al Maliki mengatakan ,
‘Telah mengabarka n
kepadaku banyak dari sahabat-sa habat
kami dari Imam al-Haramai n
Abu al Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf al Juwaini bahwa ia
ditanya, “Apakah Allah berada di suatu arah?” Ia menjawab, “Tidak, Dia
Mahasuci dari hal itu” Ia ditanya lagi, “Apa yang ditunjukka n oelh hadits ini?” Ia menjawab,
“Sesungguh nya Yunus
bin Matta alaihissal am
menghempas kan
dirinya kedalam lautan lalu ia ditelan oleh ikan dan menjadi berada di
dasar laut dalam kegelapan yang tiga. Dan ia menyeru, “Tidak ada Tuhan
selain Engkau. Mahasuci Engkau, Sesungguhn ya aku termasuk orang-oran g yang zhalim,” sebagaiman a Allah ta’ala memberitak an tentang dia. Dan ketika Nabi
Muhammad shallallah u
alaihi wasallam duduk di atas rak-rak yang hijau dan naik hingga sampai
ke suatu tempat di mana Beliau dapat mendengar gerak Qalam dan
bermunajat kepada
Tuhannya lalu Tuhan mewahyukan
apa yang Ia wahyukan kepadanya,
tidaklah Beliau shallallah u
alaihi wasallam lebih dekat kepada Allah dibandingk an Nabi Yunus alaihissal am yang berada dikegelapa n lautan. Karena Allah Subhanahu wa
ta’ala dekat dengan para hambaNya, Ia mendengar doa mereka, dan tak ada
yang tersembuny i
atasNya, keadaan mereka bagaimanap un
mereka bertindak,
tanpa ada jarak antara Dia dengan mereka. Jadi, Ia mendengar dan melihat
merangkakn ya semut
hitam di atas batu yang hitam pada malam yang gelap di bumi yang paling
rendah sebagaiman a Ia
mendengar dan melihat tasbih para pengemban ‘Arsy di atas langit yang
tujuh. Tidak ada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Ia mengetahui segala sesuatu dan dapat membilang segala
sesuatu".
>> Aba Zerra
jadi yg harus diyakini saat sholat itu gmn??kan banyak yg bilang,klo sholat itu
dialog dgn Allah,meny embah
Allah,apa yg harus dibayangka n??kan
kita berkeyakin an
Allah ada tnapa arah dan tempat...m ohon
penjelasan nya..biar
manteb tauhidnya. .
>> Alif Jum'an Azend
Aba Zerra >>
---------- ---------- ---------- ------
".......La lu
orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanl ah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau)
menjawab: “Hendaklah
engkau beribadah kepada Alloh seolah-ola h engkau melihat-Ny a. Namun jika engkau tidak dapat
(beribadah seolah-ola h) melihat-Ny a, sesungguhn ya Ia melihat engkau.” .......... ........"
Makna Ihsan
Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya
adalah kesempurna an
ihsan. Kesempurna an ihsan
meliputi 2 keadaan:
1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi dan diperhatik an oleh Allah dalam setiap aktifitasn ya,
kedudukan yang lebih tinggi lagi.
2. Maqom Musyahadah
yaitu senantiasa
memperhati kan
sifat-sifa t Allah dan
mengaitkan seluruh
aktifitasn ya dengan
sifat-sifa t tersebut.
BUKAN DENGAN MEMBAYANGK AN
Link Asal >>
http:// www.faceboo k.com/ groups/ piss.ktb/ permalink/ 46979065304 3748/ ?comment_id =469844473 038366&off set=0&tota l_comments =3
Hal lain lagi adalah naik turunya nabi Muhamad untuk mengambil pendapat dari Nabi Musa, berikut perbincang
Kejadian dahsyat dan luar biasa (Isra-mi'r
Hal yang perlu di cermati dibalik kisah luar biasa ini adalah hanyutya sebagian orang dalam irama kekaguman terhadap kisah sidratul-m
Inilah kesesatan aqidah bahkan itulah kekafiran yang tersembuny
Begitu indah dan istimewany
Akan tetapi Shalat yang semestinya
Shalat yang semestinya
Sungguh benar Rasulullah
Yang perlu diyakini bahwa tempat itu bulkanlah tempat Allah SWT. Sebab Allah SWT yang menciptaka
Bagi Allah SWT sangat mudah mengajak dialog khusus dengan Rasulullah
Tempat tersebut adalah tempat untuk memulyakan
Wallahu a'lam bishshowab
[Mutiara Hikmah Buya Yahya]
Seorang ulama Ahlussunna
malam bersama Jibril ‘alaihissa
Halaman 284,
"Walaupun dalam kisah mi’raj yang didengar terdapat keterangan
Naik dan turun itu hanya dinisbahka
Nabi Muhammad shallallah
Apabila anda telah mengetahui
Halaman 286:
"Ketahuila
Ucapan Nabi Musa alaihissal
Walaupun beliau pada malam ketika mi’rajkan sampai menempati suatu tempat di mana Beliau mendengar gerak qalam, tetapi Beliau shallallah
Al Qurthubi di dalam kitab at-Tadzkir
>> Aba Zerra
jadi yg harus diyakini saat sholat itu gmn??kan banyak yg bilang,klo
>> Alif Jum'an Azend
Aba Zerra >>
----------
".......La
Makna Ihsan
Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya
1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa
kedudukan yang lebih tinggi lagi.
2. Maqom Musyahadah
BUKAN DENGAN MEMBAYANGK
Link Asal >>
http://
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !