Suatu
ketika Pak Muh mendengar percakapan seorang ibu yang sudah tua, umurnya
sekitar enam puluh tahun lebih. Sedangkan anaknya berumuran dua puluh
dua tahun. Pak Muh merasakan begitu dalam pembicaraan keduanya. Sungguh
bahagia, jika ada ibu yang masih hidup ada di sekeliling kita bisa
menemani kita bercengkrama dalam suka maupun duka.
Anak itu mengeluh kecapekan karena seharian bekerja. Ia merasa bahwa hidupnya di dunia kerja yang sedang digelutinya banyak tantangan dan rintangan yang tiba-tiba akan datang menyebebabkan malapetaka. Anak itu seperti mengalami dilema di dunia kerjanya, padahal ia bekerja di suatu instansi swasta.
Beragam fasilitas didapatkan sewaktu ia bekerja dari pakaian dinas yang bagus-bagus, ruang kantor yang ber AC dan tentu ruang kantor yang bersih serta indah dengan panorama warna-warni cat maupun lukisan.
Sang Ibu karena kecapekaan seharian dirumah mengerjakan perkerjaan rumah tangga dari menyapu lantai, mencuci piring hingga memasak makanan untuk anaknya. Lalu sang ibu memerintahkan anaknya untuk memjitin rasa capeknya.
Apa jawaban anak itu?.
“Apa ibu ngak tahu. Saya ini lelah seharian bekerja”
Sungguh hati ibu itu merasa terluka karena sedikit bentakan anaknya, seketika mendapatkan jawaban sang anak. Namun ia berusaha menutupinya dengan senyum kasih sayang.
Lalu sang ibu berkata;
Anakku kau berkerja di kantor dengan suasana yang sejuk. Sedangkan ibu bekerja di sawah tersengat panasnya terik mentari.
Anakku kau bekerja di kantor menjadikan kulitmu tetap putih. Sedangkan ibu bekerja di sawah panasnya matahari membuat kulit ini hitam pekat.
Anakku kau bekerja di kantor yang bersih dan penuh dengan make up di wajahmu, hingga kau tetap dalam keadaan bersih sampai di rumah. Sedangkan ibu bekerja di sawah berpetualang dengan lumpur, yang siap mengotori tubuh ini.
Anakku kau bekerja di kantor ditemani dengan orang-orang yang berilmu. Sedangkan ibu bekerja di sawah ditemani oleh burung, belalang, serangga, ular dan tikus.
Anakku kau bekerja di kantor, setiap bulannya mendapatkan gaji. Sedangkan ibu bekerja di sawah jika panen gagal tidak mendapatkan hasil dari bekerja.
Anakku kau bekerja di kantor bersanding dengan pulpen dan kertas. Sedangkan ibu bekerja di sawah bersandingkan cangkul dan sabit.
Anakku kau bekerja di kantor memakai komputer dan internet, menjadikan tanganmu tetap halus dan lembut. Sedangkan ibu di sawah memakai sabit dan cangkul, jika sampai salah dalam menggunakannya sabit dan cangkul siap menebas tangan dan kaki ibu.
Anakku kau bekerja di kantor tanpa sedikitpun berkeringat. Sedangkan ibu di sawah keringat selalu membasahi baju yang aku pakai.
Anakku kau berkeja di kantor, hasil dari bekerjamu bisa kau nikmati sendiri. Sedangkan ibu bekerja di sawah, semua untukmu.
Sang ibu itu tetap tersenyum, lalu menghampiri anaknya dengan segelas teh manis yang telah ia siapkan sebelum anaknya pulang dari bekerja dan bahkan makanan sudah tersedia di meja makan.
Pak Muh merasakan senyum sang ibu itu. Sungguh betapa bahagia memiliki seoarang ibu, yang ia hasilkan dari ia melakukan pekerjaannya hanya untuk sang anak. Sungguh betapa menderitanya sang anak jika ia tidak menyadari bahwa kerja seorang ibu lebih berat dari kerja dirinya.
“Dan Tuhanmu memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya dengan perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al-Israa': 23)
Semarang, 8/10/12
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !